internet-of-things-syaratkan-infrastruktur-cerdas-dan-lincah_53.jpg

Internet of Things Syaratkan Infrastruktur Cerdas dan Lincah

Cloud dan big data analytics menuntut data center bekerja lebih keras, cepat, tetapi tetap efisien. Belum cukup sampai di situ, para pengelola atau pemilik data center sebentar lagi akan dihadapkan pada tantangan baru: Internet of Things (IoT).

Fleksibilitas menjadi jawaban yang disodorkan Intel. “Semakin fleksibel infrastruktur, semakin mampu sebuah organisasi atau perusahaan menghadapi perubahan,” cetus Jeni Panhorst, Acting Director, Datacenter Solution & Technologies,  Intel Corp dalam sebuah sesi wawancara khusus dengan InfoKomputer di event Intel APJ Enterprise Summit 2014, di Nusa Dua, Bali, kemarin (20/8). Fleksiblitas memampukan sebuah pusat data cepat merespon kebutuhan mengolah dan menganalisis data dari aneka perangkat yang terkoneksi ke cloud.

Tidak saja soal kecepatan, implementasi Internet of Things di masa depan akan sangat ekstensif dan bervariasi sehingga membutuhkan pendukung berupa sistem dan infrastruktur teknologi yang sangat fleksibel. Ya, seperti yang banyak diberitakan saat ini, upaya-upaya memintarkan kota, gedung, mesin-mesin manufaktur, atau peralatan kesehatan mulai terdengar digulirkan di berbagai belahan dunia. Intel, misalnya, bekerja sama dengan Michael J Fox Foundation mengembangkan teknologi sensor, platform analytics, dan memanfaatkan wearable device untuk meningkatkan kualitas perawatan dan pemantauan penderita Parkinson.

Fleksibilitas infrastruktur dapat dicapai dengan mengaplikasikan konsep software-defined infrastructure (SDI). Sederhananya, menurut Jeni, konsep SDI ingin mengubah karakter statis sebuah data center menjadi lebih dinamis.  “SDI akan memampukan sebuah data center jadi lebih lincah, cerdas, dan dapat dikonfigurasi dengan mudah (untuk berbagai kebutuhan),” imbuh sarjana Computer Engineering  berpredikat summa cum laude dari Case Western Reserve University,Ohio AS, ini.

Infrastruktur SDI diyakini akan memercepat proses deployment (penyebaran) layanan baru, mengurangi biaya, dan menghemat waktu pengelolaan data center. “Dari pengalaman Intel IT (departemen TI Intel, red.) dengan SDI, proses mengkonfigurasi jaringan dalam rangka penyebaran layanan baru berkurang dari 32 hari menjadi 30 menit,” papar Jeni.

Dari sisi investasi pun, pengguna akan merasakan perbaikan. Sebelumnya, organisasi harus menggunakan perangkat yang fungsinya tetap dan memenuhi satu kebutuhan saja.  Dengan SDI, workload yang sama dapat ditempatkan di server general purpose bervolume tinggi. “Secara hitung-hitungan ekonomi, perubahan ini umumnya akan berujung pada penurunan capex,” imbuh Jeni.

Sejauh mana peran raksasa semikonduktor ini dalam pengembangan software-defined infrastructure?  Yang pertama tentu saja menyediakan teknologi dan produk berbasis silikon untuk membangun platform SDI. “Misalnya, teknologi virtualisasi dan sekuriti dalam prosesor; memampukan konektivitas via Ethernet controller dan switch; interkoneksi generasi baru, seperti teknologi fabric dan silicon photonics; juga teknologi storage teranyar, seperti non volatile memory,” ujar Jeni Panhorst.

Di sisi software, Intel menyediakan  tools untuk pengembangan aplikasi di atas arsitektur Intel maupun software sebagai produk siap pakai. Misalnya Intel Data Plane Development Kit untuk mengembangkan networking apps yang optimal untuk arsitektur Intel. “Kami juga bekerjasama dengan ekosistem untuk memastikan pengembangan aplikasi berdasarkan tools tersebut,” imbuh Jeni.

“Kami juga mempunyai reference architecture atau RA yang dapat menjadi contoh bagaimana membangun solusi untuk SDI,” jelasnya. RA berisi kombinasi software dan hardware yang dapat mewujudkan SDI, misalnya Intel Open Network Platrform Switch RA dan Server RA.

 

(Sumber: http://www.infokomputer.com)

Berita Lainnya