meneropong-kesiapan-perguruan-tinggi-di-sumut--hadapi-gempuran-mea-menuju-generasi-indonesia-emas-2045_33.jpg

Meneropong Kesiapan Perguruan Tinggi Di Sumut Hadapi Gempuran Mea Menuju Generasi Indonesia Emas 2045

UNPAB - MEDAN :

"Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh"

 

Dr. Muhammad Isa Indrawan, SE. MM

 Berdasarkan Direktori Perguruan Tinggi Swasta Sumatera Utara tahun 2014 meliputi Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, Politeknik memiliki 253 Perguruan Tinggi yang tersebar di berbagai daerah di SUMUT hal ini merupakan peluang besar untuk bersatu menghadapi MEA, karena sudah memiliki profil lulusan masing-masing, Gagasan MEA yang sudah didesain sejak KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003, sudah tidak mungkin ditunda lagi dan insyaAllah akan dilaksanakan pada 31 Desember 2015,  mengingat MEA 2015 diikat dalam suatu payung hukum, berupa Piagam ASEAN ditandatangani para pemimpin negara ASEAN pada tahun 2007 Walaupun waktunya sudah sangat dekat, namun persiapan Perguruan Tinggi dan masyarakat di Sumut menghadapi MEA masih sangat minimal. Jangankan melakukan antisipasi atau mengambil langkah-langkah untuk menghadapinya, sosialisasi pun masih sangat terbatas. Mencermati situasi demikian, sebenarnya Masyarakat Ekonomi Asean dibidang perdagangan sudah berjalan tanpa kita sadari ini dibuktikan dengan masuknya produk-produk import dari Negara asean ke Indonesia, bahkan produk teknologi dan otomotif dari Negara china dan jepang,  maka tidak ada kata terlambat bagi perguruan tinggi di tanah air dan para mahasiswa dan lulusannya untuk melakukan perbaikan dan penguatan kelembagaan atau individu guna meningkatkan daya saingnya khususnya dibidang pendidikan.

Perguruan Tinggi Asing sebenarnya tidak kita sadari sudah menerobos pasar pendidikan Indonesia hal ini terbukti dari adanya Universitas asing yang sudah membuka di Indonesia seperti Monash University Australia yang bertempat di Jakarta dari tahun 2002.

Perguruan tinggi sumut siap dalam menghadapi mau tidak mau pasti akan dihadapi, terutama berbagi pengetahuan hardskill dan wawasan orientasi kualitas dalam menghasilkan lulusannya, Pembekalan soft skills¸ seperti kemampuan berkomunikasi, leadership, kemampuan beradaptasi, etos kerja, serta kemampuan tambahan berbahasa asing serta penguasaan teknologi informasi yang baik, perlu dikembangkan di perguruan tinggi sebagai bagian untuk meningkatkan daya saing lulusan dengan melaksanakan program peraturan presiden Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2012 tentang penerapan kurikulum berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

Seperti dalam berbagai survei dan penelitian yang telah dilakukan, aspek soft skills menjadi kunci utama dalam meraih kesuksesan seseorang. Seperti hasil penelitian dari Harvard University, Amerika Serikat yang bekerjasama dengan National Association of Colleges and Employers (NACE) menunjukan bahwa kesuksesan seorang tidak lagi hanya semata didasarkan pada dimensi hard skills, tetapi aspek soft skills justru menjadi hal yang dominan dalam menopang ataupun meniti karir kesuksesan sesorang. Bahkan penelitian itu juga mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skills (NACE, 2002).

Sebagaimana disampaikan Mendikbud Muhammad Nuh saat peringatan Hardiknas 2012 bahwa “tahun ini kami canangkan sebagai masa ‘menanam’ generasi emas tersebut. Dari 2012-2035, Indonesia mendapat bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif paling tinggi di antara usia anak-anak dan orang tua”. Bonus demografi ini menggambarkan situasi dimana jumlah penduduk usia produktif 15 s/d 60 tahun lebih tinggi daripada usia nonproduktif. Secara teoritik ini bermakna lebih banyak output nasional yang bisa dihasilkan karena angkatan kerja lebih banyak dari yang bukan angkatan kerja.

Generasi emas 2045 yang diharapkan mewujud bersamaan dengan masa bonus demografi, Bonus itu bisa lewat begitu saja, tanpa bekas, tanpa memberikan kemajuan spektakuler seperti diharapkan, apabila tidak diikuti upaya serius untuk mengoptimalkan angkatan kerja yang jumlahnya lebih banyak dari non- angkatan kerja. Bahkan angkatan kerja yang besar itu bisa menjadi malapetaka manakala mereka tidak memberikan kontribusi pada penambahan output nasional karena tidak bekerja atau tidak memperoleh pekerjaan. 

Oleh karena itu PTS di Sumut harus saling bahu membahu membantu dan memotivasi Perguruan Tinggi yang ada di Sumatera Utara dalam peningkatan kompetensi sumber daya manusia khusus dibidang pendidikan dengan melaksanakan kerjasama tridarma serta melakukan kerjasama dengan perusahaan nasional dan internasional dan membekali mahasiswa dengan berwirausaha mandiri serta dapat membuka lapangan pekerjaan, serta berpikir positif kedatangan MEA dalam perluasan pasar bagi produk dan jasa Indonesia serta terbukanya peluang lapangan kerja bagi tenaga kerja terampil Indonesia,  dan salah satu jalan untuk memajukan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan cara memanggil pulang kembali ahli-ahli keilmuan yang bekerja di Negara lain untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

Berita Lainnya