duka-sinabung-adalah-duka-kita_68.jpg

Duka yang dialami oleh masyarakat karo yang bermukim di sekitar kaki gunung sinabung juga di rasakan oleh Yayasan Prof. Dr. H. Khadirun Yahya, Panca Budi. Kurangnya bahan makanan, rumah mereka yang hancur, dan  bahkan di tinggalkan oleh keluarga tercinta membuat kesedihan akibat bencana alam erupsi gunung sinabung ini semakin dalam. Oleh karena itu yayasan Prof. Dr. H. Khadirun Yahya melalui Universitas Pembangunan Panca Budi menyalurkan bantuan senilai 100 juta  dalam bentuk barang kebutuhan sehari-hari kepada para korban sinabung di 3 titik posko bantuan.

Adapun 3 posko tersebut adalah pertama  posko bantuan Sirajul Huda yang terletak di Kecamatan TigaBinanga Kabupaten Karo. Para relawan yang terdiri BKK, CSU (Club Silaturahmi & Ubudiah), UNPAB dan Anshor (Anak Surau)  menyalurkan lebih kurang sebanyak 300 paket bantuan untuk posko ini. Di posko ini Ust. Khairul Amin juga memberikan tausiah untuk para korban bencana sinabung agar tetap sabar menghadapi cobaan, dan mengingatkan  untuk tetap melaksanakan sholat wajib dan sholat sunat seperti tahajud. Diposko yang menampung 3095 jiwa / 900 KK. ini mengeluhkan tentang kurangnya  persediaan MCK dan air bersih. Namun mereka tetap senang karena adanya perhatian berupa bantuan dari berbagai pihak, khususnya dari Universitas Pembangunan Panca Budi ini.

Tujuan posko selanjutnya adalah posko Maka Mehuli di Desa Samura Kab. Karo. Di posko ini terdapat 300 jiwa pengungsi. Disini tim relawan menyalurkan bantuan sekitar 70 paket. Dan terakhir adalah Mesjid Amal Bakti, di dusun  Rumah Kabanjahe, di posko yang di huni oleh 41 KK/ 138 Jiwa ini mendapatkan bantuan sekitar 50 paket bantuan.

Dari ketiga posko yang telah telah di kunjungi, rata-rata dari mereka adalah korban yang kehilangan ladang yang menjadi mata pencarian mereka selama ini.  Susi  salah seorang dari pengungsi di posko Sirajul Huda mengatakan “ ladang cabe kami yang akan berbunga sudah rusak, kering dan dan mati. Uang kami sudah tidak ada lagi, kami merugi. Bahan  makanan kami sudah habis, karena itulah kami memutuskan untuk mengungsi ke posko ini”. ibu satu anak ini juga mengadukan ceritanya dengan linangan air mata “kami bingung entah sampai kapan kami harus bergantung kepada bantuan yang ada di posko ini, kami sangat merindukan rumah dan ladang kami”.

Berita Lainnya